
Menjunjung
prinsip hablum minallah dan hablum minannas tetap
terjaga, hari santri serentak dilaksanakan
diseluruh indonesia, bukan hanya dilingkungan pesantren melainkan dilingkungan
instasi pemerintahan, dan lembaga pendidikan lainnya. Santri memiliki pegangan hidup bahwa menjaga persatuan dan kesatuan NKRI adalah
sama pentingnya dengan menjaga menjaga agama. Karena tidak mungkin leluasa
menjalankan ajaran agama jika tidak diikuti oleh kondisi negara yang kondusif.
“Santri
Indonesia untuk Perdamaian Dunia” merupakan tema utama pada hari santri 2019,
tema ini memiliki makna sangat luas, salah satunya santri selalu istiqomah
menjalankan dan menyebarkan ilmu agama, mengedepakan tolerasi hidup
berkebangsaan dan bernegara. menjadikan diri sebagai tauladan berkepribadian
akhlaqul karimah. Santri tidak boleh manja apalagi mudah berputus asa, selalu semangat
dalam menjalani kehidupan. Disiplin selama berada di pesantren harus tetap
dipertahankan meski sudah berbaur dengan komunitas umum.
Secara khusus
beliau menyampaikan pesan agar Santri Pesantren Dar Al Qur’an mampu menjadi penggerak
gagasan, penyemangat, pemersatu bagi lingkungan dimanapaun ia berada, baik di
lingkungan pendidikan, non pendidikan, perdagangan, pemerintahan, ataupun
lainnya. Dihadiri pula oleh Fatayat NU Tegalgubug kecamatan Arjawinangun.
Dalam rangkaian
apel hari santri, pengibaran sang saka merah putih diiringi menyanyikan lagu kebangsaan
dan kebanggaan Negara Republik Indonesia “Indonesia Raya”, dilanjutkan dengan
lagu Hari Santri, lagu Ya lal Wathon, diiringi musik marchingband oleh santri Pesantren
Dar Al Qur’an. Yang sebelumnya dilakukan pembacaan teks UUD 1945, Pembacaan
teks Pancasila, Pembacaan Ikrar Santri Nasional diikuti seluruh peserta apel. Suasana
gemuruh semangat patriotis santri dalam menyanyikan ketiga lagu tersebut, penuh
penghayatan dan penjiwaan makna. Sesudah dan setelah apel hari santri diadakan
atraksi seni oleh santri putra dan putri.
Beliau juga, mengutip
pesan menteri agama H. Lukman Hakim Saefudin disaat belum menjabat “perayaan
Hari Santri bukan sekadar pengakuan terhadap para santri, tapi juga pengingat
tujuan negara agar pesantren bertransformasi. Para santri harus semakin kuat
bersuara dan aktif memberikan perdamaian. Hari Santri menjadi prasasti untuk
menegakkan bernegara sama pentingnya dengan beragama”.
Di akhir sambutannya,
beliau menyampain pesan dari Presiden RI Joko Widodo, terkait sembilan alasan
pesantren disebut sebagai Laboratorium Perdamaian.
Pertama, tumbuh suburnya
kesadaran harmoni beragama dan berbangsa di kalangan pesantren. Ini dibuktikan
dengan perjalanan perjuangan kemerdekaan bangsa hingga tercetusnya resolusi
jihad dan perang melawan PKI, semua tidak lepas dari peran pesantren.
kedua, metode mengaji dan
mengkaji di pesantren sangat khas.Selain transfer ilmu, pesantren juga
mengajarkan keterbukaan kajian dari berbagai kitab, bahkan lintas madzhab. Santri
dididik belajar terima perbedaan.
Ketiga, pesantren mengajarkan
khidmah dan pengabdian kepada masyarakat dan bangsa. Hubbul wathan minal iman
bagian dari nilai yang terus diajarkan di pesantren.
Keempat, pesantren mengajarkan
kemandirian, kerjasama dan sikap saling membantu. “Santri terbiasa mandiri,
solider, dan suka gotong royong,”
Kelima, pesantren menjadi
laboratorium perdamaian, karena di lembaga ini, geralan seni dan sastra tumbuh
subur. Hal itu berpengaruh pada prilaku seseorang dalam ekspresi keindahan,
harmoni, dan kedamaian.
Keenam, di pesantren banyak
kelompok diskusi, mulai dalam skala kecil hingga besar, dari tema recehan
hingga yang serius. “Sehingga, santri berkarakter terbuka,”.
ketujuh, pesantren merawat
khazanah kearifan lokal. Pesantren menjadi ruang kondusif untuk menjaga
lokalitas.
Kedelapan, maslahah
(kemaslahatan) merupakan pegangan yang tidak bisa ditawar di kalangan
pesantren. “Pesantren tidak suka meresahkan masyarakat, malah membina
masyarakat,”
terakhir, pesantren menjadi
ladang penanaman spiritual. Selain Fiqh, santri dilatih tazkiyatun nufus,
pembersihan hati melalui amalan zikir dan puasa. “Santri jauh dari intoleransi,
pemberontakan, apalagi terorisme.
Diakhir apel, diisi
dengan mushafaha (bersalam-salaman) oleh ribuan santri kepada para pengurus
pesantren, sebagai salah satu bentuk khidmat dan ta’dzim santri kepada kyai.
(foto : Ust Agus Ali, isi
: aziz ahlaf)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
terimakasih telah berkomentar dengan sopan dan santun